0

Merdeka di Hari Kemenangan

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:21 AM in
sumber : jaringan dunia kerja.wordpress.com

Sejarah Kita

Sekali merdeka tetap merdeka...

Sudah setengah abad lebih negara dan bangsa ini " merdeka ", dengan perjuangan penuh heroisme para pahlawan bangsa ini dengan gigih bertaruh nyawa melawan penjajahan yang telah mencengkram bumi nusantara 3,5 abad lamanya, dengan bekal semangat nasionalisme dan patriotisme ditambah motivasi dari ajaran agama, perjuangan itu berbuah hasil ketika para pemuda (yang diwakili Soekarno-hatta) memproklamirkan kemerdekaan negara dan bangsa ini dari segala bentuk penjajahan. Tidak hanya sampai  disitu, ketika belanda hendak kembali menancapkan kuku kolonialisnya pasca kemerdekaan di Negara tercinta ini dengan diboncengi sekutu NICA & Inggris, heroisme para pejuang kita tetap bergelora mengusir para bedebah itu dari bumi pertiwi. Sebuah cerita, sejarah, memori perjuangan bangsa yang sangat membanggakan hati dan membesarkan jiwa ketika diselami dengan penuh makna. Namun pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah hakikat dari kemerdekaan itu ? sudahkah kita merasakannya ?

Kemerdekaan yang kita cita-citakan hanya sebentuk utophia yang membayang dalam realita dan fakta sampai hari ini. Ada sebuah hal yang sangat menggeletik ketika setiap tahunnya pada bulan agustus kita memperingati dan merayakan hari Kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 agustus dengan penuh suka cita, bersambut kemeriahan, dengan serangkaian acara seremonial, even-even, pagelaran, kompetisi dll, ternyata pada kenyataanya penjajahan, penindasan, dan penghisapan, masih merajalela di Republik tercinta ini. Lalu Kemerdekaan seperti apa dan kemerdekaan siapa yang selama ini dengan bangga kita rayakan ? Kemerdekaan Kita atau Mereka (Kolonialis & imperialis yang berkedok menjadi kapitalis) ? dengan style mereka yang baru.

Kendati negara kita dianugerahi tanah yang subur dan sumber daya alam melimpah ruah, kehidupan yang makmur dan sejahtera sebagai capaian ideal ternyata hanya menjadi ratapan pilu masyarakat yang berdiam di negara archipelago ini. Dengan teganya pemerintah kita menjamin tersedianya jatah utang luar negeri bagi seluruh rakyat indonesia, bahkan yang baru lahir sekalipun, dengan hanya tertunduk manggut mereka membiarkan Freeport, Inco, Exxonmobile dan korporasi serakah lainnya menghisap sumber daya alam kita, meski dengan berbagai alibi, dan apologi tetap saja mereka yang asing, licik, dan kapitalistik haram hukumnya mengeruk harta Indonesian dengan hanya menyisakan sampah kemiskinan dan limbah kebodohan.
Kita adalah orang-orang asli pribumi yang memiliki hak penuh atas segala sumber daya alam dan pedayahgunaannya kini hanya bisa menyaksikan eksploitasi dengan skala mega yang dilakukan oleh korporasi-korporasi asing yang mengandalkan capital yang melimpah, sehingga yang terjadi adalah keterbalikan fakta bahwa seolah-olah merekalah pemilik kekayaan Indonesia bukan kita, kita hanya bisa menjadi pekerja, pelayan, buruh dan kuli untuk kepentingan asing yang sama sekali tidak menaruh peduli terhadap nasib bangsa kita. Lalu kemana mentalitas kita yang dalam sejarah masa lalu selalu menjadi super hero yang senantiasa menaklukkan lawan di darat dan di laut. Walaupun sejarah itu mustahil akan kita hadirkan kembali di masa kini tapi satu yang pasti bahwa mentalitas dan spirit perjuangan para pendahulu kita itu harus senantiasa selalu terpatri dalam diri kita.

Indonesia Dalam Asa

Terminologi negara berkembang sejatinya hanya sebentuk jebakan publik untuk meredam teriakan kemiskinan dan ketertindasan yang semakin merangkak. Dengan harapan kemiskinan dan keterbelakangan menjadi sebuah struktur sosial yang mapan sehingga Neo-kolonialisme dengan mudahnya mengalir dan menghegemoni negara-negara dunia ke-3 layaknya indonesia, untuk senantiasa tunduk pada kepentingan mereka yang kuat secara ekonomi. Dan sangat riskan karena justru ada diantara birokrat, cendekiawan, bahkan mereka yang mengaku intelektual negri ini yang justru menjadi agen bahkan bersekongkol dengan para bedebah itu, sebuah proses balkanisasi yang sistematis. Lalu dosa sosial apa lagi yang akan semakin memuluskan langkah indonesia menuju negara punah?

Optimisme untuk indonesia yang lebih baik akan senantiasa membentang dari sabang sampai merauke hingga pulau rote, pemuda-pemudi hari ini adalah pemegang estafet perjuangan untuk meraih kemerdekaan yang hakiki, bukan atas pemberian lawan tapi atas kerja keras dan perjuangan serta pengabdian diri yang tak mengharap pundi. Karena Tuhan tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka yang berusaha merubah diri, Fakta bahwa bangsa ini besar adalah landasan moril untuk gerakan perubahan kearah cita-cita kemerdekaan yang hakiki.

Kembali kepada fitrah kebangsaan yang besar, dengan masyarakat yang heterogen dan kekayaan natural-social-cultural yang membanggakan adalah capital building yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita, menjaga kelestarian alam dan ras manusia dengan saling berbagi kemaslahatan, menghargai keindahan nikmat penciptaan alam dengan mengeksplorasi sumberdayanya secara bijak, bukan mengeksploitasinya secara membabi-buta. Dengan begitu alam pun akan bertasbih dan seantiasa memohonkan kemaslahatan bagi segenap penduduk negri ini.

Para koruptor, penguasa yang zalim dan mereka yang serakah serta semua kroni dan antek-anteknya, mereka saat ini sedang mengalami kegusaran dan kegelisahan di atas keberlimpahan harta-materi yang menjadi rumah ibadah mereka, mendengar kumandang kemenangan dari segenap rakyat yang telah bosan mendengar celoteh-celoteh mereka diatas  mimbar-mimbar kenegaraan.

Ramadhan telah memberikan pendidikan sosial yang telah menyadarkan nurani kemanusiaan sebagian dari mereka yang lama mengabdi pada kekuasaan, menggugah rasa simpati dan empati terhadap berbagai derita sosial-kemanusiaan, mereka telah kembali ke titah perjuangan dan pengabdian sebagai pelayan masyarakat, karena kemerdekaan dan kemenangan rakyat adalah manifestasi nyata dari konsepsi demokrasi : suara rakyat, suara Tuhan, semoga

Hari Kemenangan

Hari fitri yang dinanti oleh seluruh penduduk muslim bumi di seantero negri akan segera tiba, serangkaian persiapan untuk menyambut tamu mulia itu tela jauh-jauh hari menghiasi mesjid-mesjid, rumah-rumah masyarakat hingga jalan-jalan yang juga dipenuhi baliho atau spanduk-spanduk bertuliskan “ Minal aidzin wal faidzin “ yang bermakna semoga kita termasuk orang-orang yang kembali memperoleh kemenangan, penting dicatat bahwa idul fitri disebut-sebut sebagai hari kemenangan dikarenakan baru saja umat islam selesai menuntaskan kewajiban ibadah puasa di bulan ramadhan, sebagai madrasah jiwa penempa takwa, pelejit ibadah, ladang pahala dan pembakar dosa, sehingga patutlah mereka yang berhasil atau sukses menjalankan segala ritualitas ibadah dan aktualitas keshalehan sosial akan menjadi pemenang sesuai janji Allah SWT.

Tahun ini perayaan proklamasi republik Indonesia menjelang idul fitri menjadi sebuah momentum positif untuk kembali berbenah diri, mengakui segala alpa utamanya bagi mereka yang sedang mengemban amanah  sebagai wakil maupun pelayan rakyat, untuk bersama-sama masyarakat  akar-rumput (grass root) mencapai sebuah kemerdekaan di hari kemenangan, menciptakan sebuah harmoni sosial tanpa sekat sektarian dan partisan, sebagai bukti bahwa bangsa ini satu dalam keanekaragaman identitas sosial-kultural. Paling tidak Untuk mengkisahkan kembali euphoria proklamasi kemerdekaan bangsa ini yang terjadi juga pada bulan ramadhan. Kemerdekaan memang dideklarasikan hanya sekali, tetapi kemenangan akan terus berulang seiring perputaran roda kehidupan.

Maka selamat meraih kemerdekaan di hari kemenangan, semoga rahmatan lil alamin menyertai setiap derap langkah kita demi menuju capaian tertinggi sebagi Insan kamil dan manusia yang takwa.



|

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Manusia Cipta All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.