0
Dan Hujanpun Menangis
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
3:55 PM
in
Refleksi
Mengutus
rentet hujan membasahi daun kehidupan
Tempat
dimana manusia banyak berpijak
Sawah,
ladang, jalan-jalan kota hingga ke pelosok-pelosok desa
Ada
yang duduk termangu, menatap deras guyuran panjang mendesir
Menggenggam
lembaran kertas, pucuk-pucuknya basah oleh percikan
Terdengar
suara mendesis, seperti menahan dingin yang ingin merasuk menguji keteguhan
hati
Ada
isyarat luka dari guratan pada raut yang tak lagi muda
Hidup
dari lembaran-lembaran yang entah dibeli karena soal iba
Tak
tega rasanya melihat mereka tak dapatkan upah karena koran telah basah-rusak
Rintihan-rintihan
kecil terdengar dari setiap hentakan-derap langkah yang mulai rapuh
Hujan
sejenak diam, menyimak !
Dari
roda-roda angkuh yang memenuhi jalan-jalan kota
Yah,
itulah sekedar fenomena sosial masyarakat urban yang kalah
Kalah
karena tak punya kuasa harta dan tahta, kata seorang pemuda !
Dan
hujanpun merintih, meringis, menangis menyaksikan luka sosial yang begitu lebar
menganga
Penyakit
bangsa yang juga tak kunjung menemukan obat kebijakan
Anehnya,
pelayan-pelayan sibuk dengan rumah mewah dan mobil mentereng
Sedang
sang tuan harus tidur di emperan-emperan trotoar dan kolong jembatan megah
Mereka
pelayan yang lupa daratan
Sehingga
tuan harus menjadi budak di negeri sendiri
Sekarang
banjir menggusur mereka
Dan
….. , Entahlah !
Post a Comment