0
Mahasiswa dan Sikap Politik
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
11:47 AM
in
Opini
Ada
sebagian masyarakat yang dengan lantang menolak berpolitik, bahkan ada yang
begitu alergi mendengar istilah "politik", hingga yang paling ekstrim
ada yang begitu membenci politik, fenomena itu wajar ketika terjadi di
lingkungan dimana diskursus politik masih begitu tabu dan asing, dimana
orang-orang tak begitu merasa penting menyoal dan mendiskusikannya. Namun
ironis ketika politik dicerca di dunia dimana pengetahuan diproduksi,
diperdebatkan lalu disepakati sebagai kebenaran. Yah, tak ada maksud mengajak
semua orang untuk menjadi politisi, yang ada hanyalah mencoba mengajak setiap
orang untuk melek politik, bagi saya pengetahuan tentang politik itu fardhu
'ain (kewajiban individu) agar kita tak lagi menjadi objek eksploitasi
kekuasaan yang menindas dan memiskinkan, melek politik itu seharusnya dimlai
dari kampus, tempat manusia-manusia sekolahan menghabiskan waktu.
Kemarin
di kampusku (UIN Alauddin Makassar) telah berlangsung pesta demokrasi mahasiswa
(PEMILMA), hingar-bingar kampanye tak kalah dengan pesta politik daerah
(PILKADA), visi-misi setiap kandidat juga tak kalah dengan para politisi kelas
jempolan, harapannya semoga atmosfir politik yang sehat dicontohkan oleh kaula
intelektual muda kampus, Yah, paling tidak turut berkontribusi untuk pendidikan
politik. Meskipun masih ada satu-dua mahasiswa yang terlihat antipati, bersikap
seolah-olah tak memihak salah satu kandidat, apolitik lalu menjadi pilihan. Entah
karena sangat faham tentang politik, atau justru karena pengetahuan politiknya diperoleh
dari wajah politik yang dikonstruk oleh media (sarat dengan korupsi,
kecurangan, kericuhan dsb), maka jadilah pembaca dan penonton yang cerdas!
Syukurnya wajah politik kampus di momen politik ini berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, aman dan nyaman sebagai refleksi terciptanya kedewasaan berpolitik.
Apa
yang salah dengan politik? Mengapa ia begitu menjadi momok yang penuh bercak
hitam? Dari beberapa referensi lisan dan tulisan yang aku dapat “Politik itu instrumen
mencapai tujuan” ia sering dikategorikan sebagai bagian dari seni kehidupan,
dalam konteks Negara politik itu adalah media untuk mengkondisikan kebijakan
agar berpihak kepada rakyat dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan
keadilan, jadi kalau yang terjadi adalah sebaliknya berarti itu adalah “politik
palsu”, jadi memahami hakikat dan tujuan politik itu menjadi modal dasar bagi
siapa saja yang tidak ingin jatuh dalam jebakan janji-janji manis yang banyak
di obral dan di jajakan di lapak-lapak milik politikus yang tak faham subtansi
politik.
Jadi
tak ada posisi yang netral dalam hidup, kita harus memiliki keberpihakan,
berpihak pada kebenaran dan keadilan. Karena hanya pecundang yang selalu ingin
berada pada comfort zone (posisi aman), kalau anda mahasiswa tentunya tak ingin
jadi pecundang kan? Oleh karenanya kita harus kaya akan pengetahuan politik
lalu memiliki political will (sikap politik) yang jelas, bukan abu-abu !
Politik
itu tak seperti jajanan yang diobral murah di trotoar jalan
Bukan
pula judul-judulan yang sering di deklamasikan di layar kaca
Atau
kemasan yang dibungkus dengan janji manis di atas panggung kampanye
Politik
itu Mulia, Ia instrumen kebudayaan yang menuntut kita melakukan
kebaikan-kebaikan untuk massa-rakyat !
Post a Comment