|
Welcome to Sumpang Bita |
Perjalanan
kali ini masih setia ditemani oleh skuter-matic hitamku, jalan yang lumayan
ramai lancar membuat aku leluasa memacu kecepatan, memburu agar tak terlalu
siang untuk sampai di lokasi. Hujan pagi itu sempat mengguyur hebat, sehingga
kami harus mengalah untuk berteduh di sebuah stasiun pengisian bahan bakar
(red-SPBU) di sekitar kota Maros beberapa saat, namun hujan bukanlah halangan
berarti untuk sebuah tujuan yang begitu penting, menjenguk jejak-jejak masa
lalu yang menjadi sumber referensi kedirian. Hanya butuh waktu satu sampai satu
setengah jam dari kota Makassar untuk mencapai lokasi yang berada di kecamatan
Balocci kabupaten Pangkep. Alam pemandangan yang masih asri menyambut dengan
citra kesejukan yang terpancar dari hijaunya pohon yang memenuhi tebing-tebing
terjal sejauh mata memandang, disamping area taman yang tertata rapi menjadi
daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang datang berkunjung. Sebelumnya telah
terlebih dahulu terjadi perdebatan yang alot untuk menentukan lokasi final
examination (ujian akhir) dari kelas kursus bahasa Inggrisku di Forum
Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS), hingga keputusan harus ditunda hingga pertemuan
akhir kelas, pada akhirnya semua sepakat memilih Sumpang Bita sebagai destinasi
tempat dilaksanakannya ujian akhir kelas yang memang telah menjadi program.
|
Area Taman |
Kawasan
wisata purbakala Sumpang Bita memiliki taman yang luas, cocok untuk kegiatan
rekreasi dan refresing untuk menghilangkan penat dari pengat aroma kota,
sekaligus menjadi tempat wisata dan belajar tentang kehidupan pra-sejarah yang
belum lama terungkap, sekitar awal tahun 1970-an oleh seorang pengembala,
kemudian oleh dinas pariwisata dan kebudayaan pemerintah provinsi Sulawesi
selatan dijadikan sebagai kawasan cagar budaya dan wisata sejarah. Setelah
melewati area taman yang luas kita akan mulai meniti satu persatu tangga untuk
menuju Leang (gua) yang merupakan lokasi utama dimana situs purbakala berada,
menurut kabar, tangga menuju gua Sumpang Bita berjumlah seribu (tangga seribu),
sehingga dibutuhkan energi ekstra untuk mendaki hingga sampai ke sana,
sepanjang perjalanan yang paling menarik perhatian adalah keberadaan spesies
kaki seribu yang ramai dijumpai di setiap sisi tangga, tangga seribu yang
dihuni oleh kaki seribu tepatnya.
|
Tangga Seribu |
Aku
adalah penyuka sejarah, cerita, situs dan segala yang bersangkut paut
dengannya, lagi pula aku telah memilih untuk kuliah dan mengambil jurusan
sastra yang sangat akrab dengan kehidupan sejarah, meskipun banyak yang bilang
sejarah adalah objek kajian paling membosankan, penuh dengan mitos dan
terkadang banyak melahirkan kontroversi, sejarah adalah dongeng pengantar tidur
yang hanya cocok bagi anak-anak yang belum memasuki usia belasan. Asumsi itu
lahir mungkin disebabkan oleh cara pandang melihat sejarah yang terlalu usang
dan masih menggunakan paradigma anak-anak, sehingga sejarah hanya
distigmatisasi sebagai kejadian masa lalu yang tak punya kaitan dengan
kehidupan sekarang dan yang akan datang.
Secara
leksikal sejarah berasal dari kata bahasa arab sajaratun yang berarti
pohon, mengapa harus meminjam kata yang dalam bahasa arab berarti pohon untuk
mewakili peristiwa yang terjadi di masa lalu? Saya kira bukan hal kebetulan
ketika para ahli bahasa menyepakati kata sejarah untuk mengistilahkan sebuah
kejadian yang telah berlalu, ketika kita menyimak siklus hidup tumbuhan, kita
akan mendapatkan sebuah proses yang teratur dan berkesinambungan. Akar, batang,
ranting, daun dan buah adalah organ inti yang saling terhubung, semuanya terikat
dalam sebuah kaedah kausalitas, sama halnya dengan sejarah yang merupakan
sebab-akibat dari berbagai kejadian dan peristiwa. Sehingga pohon adalah prototipe
sebuah deskripsi sejarah.
Tidak
semua kejadian masa lalu direkam oleh teks-teks sejarah, hanya yang mengandung
nilai, pengaruh dan momen berhargalah yang mendapat tempat untuk diabadikan.
Itu karena belum ada alat super canggih yang mampu merekam segala peristiwa
hingga yang paling kecil dan remeh-temeh, bahkan oleh manusia secerdas apapun,
kecuali bagi yang telah mendapat anugerah dari sang Khalik. Sehingga hanya
peristiwa penting, monumental dan mengandung ibrahlah yang akan dicatat sebagai
representasi dari peristiwa yang ada. Bagi saya sejarah tidak melulu hanya
menyangkut masa lalu. Sejarah merupakan sebuah proses dialektis antara masa
lalu masa sekarang dan masa yang akan datang, tak ada peristiwa yang yang
tunggal, karena setiap yang terjadi saling terkait satu sama lain, sama halnya
bahwa tidak ada pengetahuan yang tunggal, yang ada adalah relasi-relasi dari
berbagai hal yang kita ketahui kemudian menjadi sebuah pengetahuan. Mengapa
penting mengetahui sejarah, karena kita adalah mahluk yang hidup dan terus
bergerak dalam proses, diampun sebenarnya berada dalam kuasa proses, karena tak
ada sesuatu yang statis di dunia ini, kalaupun ada toh semuanya akan digilas
oleh waktu, karena waktu diciptakan untuk membuktikan bahwa Tuhanlah sang
pemilik keabadian.
|
Di Salah Satu Sudut |
Sumpang
bita merupakan sebuah bukti tentang adanya fakta kehidupan masa lampau yang
perlahan dilupakan karena kurangnya penghayatan terhadap identitas lokal-kultural
masyarakat kita yang tersandera oleh modernitas, modernitas yang didefinisikan
dengan sangat materialis-positivistik, padahal dalam alam bawah sadar
masyarakat kita, corak kebudayaan lokal-oriental masih sangat terasa dalam dimensi
pemikiran dan kehidupan nyata. Saya meyakini bahwa ada tiga organ kehidupan
paling vital yang tidak boleh kita lupakan apalagi kita tanggalkan sama sekali,
yakni 1. Organ Spiritual dimana keyakinan terhadap Tuhan adalah sesuatu yang
mutlak adanya. 2. Organ kultural, manusia merupakan mahluk yang dilahirkan pada
sebuah realitas cultural yang tak terelakkan, kita tak pernah memilih untuk
menjadi atau dilahirkan di Indonesia, Arab, Sulawesi, Jawa, Papua dsb, tetapi
hal itu merupakan kodrat dari yang maha kuasa untuk kita jaga eksistensi dan
kelestariannya. 3. Organ sosial, manusia adalah zoon politicon (kata Aristoteles)
sehingga ia tak akan pernah dapat hidup tanpa kehadiran dan peran manusia serta
mahluk hidup lain (Binatang, Tumbuhan) bahkan benda mati sekalipun, sehingga
sikap saling menolong, menghargai dan memanusiakan adalah sebuah kemestian,
adapun mendayahgunakan potensi alam adalah dengan tidak melampaui batas serta
tetap menjaga keberlangsungan ekosistemnya, demi terciptanya harmoni
kehidupan.
|
Situs Perahu & Babi Rusa |
Selain
Sumpang Bita, mungkin kita lebih mengenal taman purbakala Leang-leang yang
terletak di kabupaten Maros, selain karena sering menjadi destinasi para wisatawan
dan pemburu berita, juga karena Leang-leang dekat dengan kawasan rekreasi taman
nasional Bantimurung, sulit rasanya menyimpulkan perbedaan dan persamaan antara
kedua situs tersebut, karena saya belum pernah sekalipun menziarahi Leang-leang
(semoga dalam waktu dekat saya berkesempatan), tetapi dari informasi lisan dan
tulisan yang saya dapat, kedua situs tersebut memiliki kemiripan yang
signifikan, sehingga banyak arkeolog yang menyimpulkan bahwa peninggalan purbakala
di dua gua tersebut adalah milik manusia pra-sejarah yang masih dalam kelompok
yang sama.
|
Lukisan Telapak Tangan dan Anoa (samping kanan atas) |
Kealamian
yang begitu mempesona, ditengah rimbun pohon menjulang. Ada peristiwa penting
pernah terekam di titik ini, ribuan tahun silam. Ada tanda-tanda kehidupan yang
lama membisu di tengah belantara, hingga kita lupa siapa dan darimana kita, semakin
jauh kaki menapaki tangga, semakin dingin keingintahuan memburu. Biarkan
sekalian indra, pikiran dan rasa bermeditasi. Tempat itu menjadi surga bagi
species kaki seribu, mereka menyambut dengan ramah. Ruh yang melingkupi
kehidupan pra-sejarah memang terlalu rumit. Ada energi kejayaan masa lalu yang
terkubur oleh puing ketidaksadaran. Kita adalah bangsa yang telah menghuni
daratan ini, sejak ribuan tahun yang begitu lampau. Sepanjang jalan alam
berbisik lantang "maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?"
|
Lukisan Cap Tangan |
Hari
itu sebuah perjalanan jelajah melintasi ruang kehidupan masa lampau menemukan
sedikit pengobat rasa penasaran tentang kehidupan masa lalu yang akan terus
menjadi misteri, proses penggalian makna dari simbol-simbol telapak tangan,
babi rusa, anoa, dan perahu tak akan pernah selesai. Seolah-seolah kehidupan
masa lalu mengajarkan kita tentang proses sejarah yang telah, sedang dan akan
terus berlangsung untuk kita hayati lalu memetik pelajaran darinya, dimana ada
yang akan ditinggalkan dan dilupakan oleh zaman, ada yang hanya akan
meninggalkan tanda-tanda kehidupan yang rumit untuk diterjemahkan, serta ada
pula yang akan tetap hidup dalam spirit, pikiran, imajinasi dan hati manusia
dalam lintas ruang dan waktu yang berbeda. Seperti para Nabi dan penerus
risalahnya, yakni para pejuang kebenaran, kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan yang senantiasa abadi karena semangat, ide besar serta jasa-jasanya.
|
FKBS Speaking Class |
|
Post a Comment