0
Menikmati Sajian "Kopi Sumatera di Amerika"
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
10:11 AM
in
Opini
sumber : timur-angin.com |
Hari ini aku kembali merasa “cemburu”, pada
sebuah kitab yang ditulis oleh orang yang berasal dari sebuah pulau yang
terkenal dengan aspal-hitamnya, Kak Yusran Darmawan, sutradara dari naskah yang
diterbitkan bulan desember tahun kemarin itu. Aku tak pernah bertemu dengannya
secara fisik, namun hampir setiap hari aku menemukannya nongkrong di timur-angin.com
rumah ide pribadinya, walaupun dia mungkin tak pernah tahu aku begitu
memperhatikan setiap kata yang terucap melalui tulisan-tulisannya yang simple,
nendang dan begitu menginspirasi. Itulah ruang virtual dimana aku banyak
menemukan kebersahajaan, kesederhanaan, ketenangan dan kedamaian hidup, ruang
dimana curhatan, keluh-kesah, kegalauan, kritik, gagasan dan coretan pengalaman
mendapat tempat istimewa.
Buku yang sangat inspiratif, ditulis oleh
orang yang telah menginspirasi banyak orang, menginspirasi karena ia berhasil
membiografikan perjalanan kehidupannya yang penuh suka-duka, kesulitan dan
kemudahan, halangan dan rintangan hingga kesuksesan yang membuat seisi kampung
halamannya di Buton menjadi sangat berharga, prestasinya turut membawa berkah
bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka yang jauh di ujung tenggara Sulawesi
sana, yang umumnya menggantungkan kehidupan pada kekayaan laut juga mendapat
tempat mulia dalam karya-karya Kak Yusran. Sebuah dokumentasi kehidupan yang
patut dijadikan referensi idealisme hidup bagi siapa saja yang tak ingin larut
dalam kubangan kesia-siaan.
Sebenarnya aku belum selesai melahap habis
sepotong kue semesta itu, aku baru saja membaca out-line dari
keseluruhan isinya, walaupun beberapa tulisan telah lebih dulu aku baca
langsung melalui persemayamannya di timur-angin. Setiap tulisan berusaha
memaparkan dan menjelaskan realitas secara lebih jujur dan mendalam, bahkan
mampu menyampaikan sebuah hal yang terkadang tak orang lain pikirkan atau tak
mampu dijangkau oleh imajinasi orang lain, seringkali dia melihat realitas
berbeda dari sudut pandang umum. Yah, kecemerlangan pikiran akan senantiasa
melahirkan karya yang gemilang.
“Kopi Sumatera di Amerika” adalah sebuah kitab
kehidupan seorang anak pulau aspal yang berhasil menjadikan imajinasi sebagai
sesuatu yang sangat berarti, tak mudah membahasakan sebuah realitas dan
fenomena yang dapat dinikmati semua kalangan lewat makna-makna yang tersirat
namun mudah dipahami. Ingin rasanya belajar kepada beliau tentang kiat-kiat
menjadi penulis handal, sehingga beliau terpilih sebagai Kompasianer of the year 2013 di Kompasiana yang merupakan media citizen jurnalism terbesar di Republik ini. sebuah prestasi yang luar biasa kan? Tentunya beliau tidak sebatas menulis, tetapi juga
berjuang mewujudkan harapan dan cita-cita dalam setiap goresannya.
Siapa yang tak berkeinginan mengenyam
pendidikan di luar negeri, apalagi negeri super power Amerika serikat, bukan karena meremehkan kualitas pendidikan
dalam negeri, tetapi kita harus jujur bahwa negeri paman sam adalah
salah satu pabrik peradaban pengetahuan dan teknologi modern terbesar di dunia,
yang terpenting kita tak turut menjadi korban proyek Amerikanisasi. Walaupun dalam
kenyataannya ada segelintir akademisi, intelektual, ilmuwan yang hidup tak lagi
untuk mengabdi kepada tanah air dan bangsanya. Hal itu untungnya tak menimpa
Kak Yusran, justru ia semakin mampu memaknai hakikat ke-Indonesiannya setelah
beberapa tahun mendapat kesempatan untuk belajar di negeri dollar tersebut, meskipun
kesempatan itu adalah kado istimewa dari salah-satu perusahaan besar di negeri
ini. Mungkin karena bibit nasionalisme telah tertanam kuat dan tumbuh kokoh saat
masa-masa menjadi seorang mahasiswa yang disibukkan oleh aktifitas membaca,
diskusi hingga demonstrasi untuk memperjuangkan nasib rakyat, layaknya heroisme
sebagai seorang mahasiswa dengan idealisme dan semangat berapi-api.
Dia adalah seorang penulis aktif, aktif
bukan hanya dalam dunia ide tapi juga dalam dunia kehidupan yang nyata, sekiranya
ada kesempatan ingin rasanya mengundang beliau untuk berbagi bersama sahabat-sahabat
pejuang pendidikan di Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS), juga
komunitas-komunitas lain yang telah mengabdikan hidup mereka untuk menyebarkan
kebaikan dan menebarkan manfaat. Tentunya ada banyak di antara kita yang
bermimpi menjadi seperti Kak Yusran, anak muda yang berkesempatan menciptakan
karya di sela-sela kesibukan menjalani hidup, hingga menulis menjadi bagian
penting dalam hidupnya. tapi bagi saya setiap orang punya takdir hidup yang
berbeda-beda, tak harus mengikuti jejak langkahnya, tetapi bagaimana terus
memacu diri untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan lalu, Kak Yusran
biarlah menjadi sosok yang menjadi sumber inspirasi untuk berbuat yang lebih
kreatif dan cemerlang. Bahwa Tuhan telah menitipkan potensi pada masing-masing
hambanya, tinggal bagaimana kita menggali potensi itu kemudian belajar
memproduksi karya, seorisinal mungkin.
sumber : kompasiana.com |
Salam salut buat Kak Yusran, sungguh
membangkitkan gairah untuk tak berhenti menulis, apa saja!
Post a Comment