0

Kisah-Klasik Tawuran Antar Pelajar

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:10 PM in
Tawuran, dulu, kini dan entah sampai kapan 
(sumber : siradel.blogspot.com)


Jakarta . . .

Pagi itu udara tak begitu sejuk, layaknya di desa-desa yang masih asri, jalananpun sudah nampak ramai dengan kendaraan yang berjubel, saling kebut, dahulu-mendahului karena sang pengendara sedang berburu waktu. Jalan-jalan ibu kota memang senantiasa ramai-padat, apalagi di hari-hari sibuk, seperti hari kerja, sekolah dan aktifitas di luar rumah lainnya. Meskipun di hari libur sekalipun kemacetan ibu kota merupakan pemandangan rutin. Sehingga kadang kala orang-orang di buat bingung ketika hendak bepergian, antara memilih hari kerja atau hari lubur.

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, dari kejauhan nampak segerombolan anak bercelaba abu-abu terlihat tergesa-gesa, mereka membawa berbagai alat-alat yang terasa asing untuk anak yang berseragam sekolah, batu, kayu, besi, bahkan ada yang memegang celurit dan parang, ada apa gerangan?

Tak lama berselang sekelompok anak muda berseragam sama dari arah yang berbeda juga terlihat dengan benda-benda berbahaya di tangan, perkelaihanpun pecah, masing-masing kubu pelajar dengan tanpa rasa takut saling berhadap-hadapan, melempar, memukul dengan kayu, mengayun-ayunkan tali yang telah di ikatkan benda padat sekenanya, yah, sekenanya. Hal itu nampak menunjukkan mereka bukanlah orang-orang yang terlatih, berpengalaman, dan profesional, karena mereka bukanlah preman, bukan pula orang yang sedang mengamuk kesetanan, mereka hanyalah sekelompok anak muda yang ingin diakui keberadaannya, mereka ingin exist, tanpa tendensi dari kelompok lain.

Merekalah sekelompok anak muda yang belum dapat secara cerdas mengontrol emosi yang membatu, dengan cara berfikir apa adanya dan sejadinya, sehingga mereka kadang lupa mempertimbangkan “akibat”, hanya sibuk mencari-cari “sebab”.

Mereka juga hanyalah sekelompok pemuda yang merasa tak lagi memiliki ruang untuk mengekpresikan diri dalam ranah-ranah yang positif menurut kaedah umum, bisa karena minimnya perhatian orang tua yang tengah sibuk dengan rutinitas kerja, atau kealpaan pihak sekolah yang kurang mampu memberikan pendidikan dan menanamkan sikap dan budi pekerti luhur, yang pasti di balik tragedi itu ada pihak yang harus bertanggungjawab.

Saya juga pernah seperti mereka, memakai seragam abu-abu putih namun bedanya saya tidak pernah terlibat tawuran, hehe. Tapi ketika ditanya kenapa mereka tawuran? mungkin salah-satu jawabannya kurang lebih seperti ini:

Kami terpaksa Tawuran, untuk menjaga gengsi sekolah, kami harus membuktikan bahwa siswa sekolah kamilah yang paling Jago dan terhebat, walaupun dalam hal adu jotos hingga tawuran sekalipun.

Yah,, sekali lagi mereka butuh bimbingan dan pembinaan yang lebih, mereka adalah sekelompok anak muda yang tengan disibukkan agenda pencaharian jati diri. Dan tentunya kita tidak ingin proses pecaharian itu dicekcoki oleh sikap dan perilaku kekerasan hingga berujung tawuran.



|

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Manusia Cipta All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.