1
Selamat Hari Natal
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
9:53 AM
in
Opini
Suasana
berbeda di ruang-ruang publik seperti mall, hotel, restaurant dan cafe
menjelang perayaan Natal dan Tahun baru, hiruk-pikuk lalu lintas barang dan
jasa turut meramaikan hari raya ummat Kristiani tersebut, semarak perayaan
Natal dan Tahun baru tidak saja dirasakan oleh penganut agama Kristen, penganut
agama lainpun sepertinya sudah terbiasa dengan kemeriahan penyambutannya.
Indonesia dengan keragaman agama dan budaya semakin mempertegas kemajemukannya
mana kala perayaan hari besar agama-agama digelar, suasana hikmad penuh
kehangatan terjalin di antara ummat beragama, tak jarang di hari-hari besar
agama tersebut, ungkapan kebahagiaan tak hanya datang dari mereka yang
merayakannya, bahkan mereka yang berbeda keyakinan turut mengucapkan selamat,
baik melalui pesan digital, telepon, kartu nama, hingga ucapan secara langsung.
Penulis
secara pribadi juga sering memberi ucapan selamat kepada kerabat dan sahabat
yang sedang merayakan hari besar agama yang dianutnya, dan begitupun
sebaliknya. Hal itu dimaksudkan sebagai media untuk semakin menjalin keakraban
satu sama lain, tak sama sekali ada hubungannya dengan akidah apalagi sampai
mempengaruhinya.
Setiap
tahunnya tokoh-tokoh agama (khususnya Islam) tak pernah berhenti berdebat soal
keharaman dan kebolehan memberikan ucapan selamat atas perayaan hari besar
agama lain, entah sampai kapan perdebatan itu akan berakhir, atau hal itu memang
akan terus menjadi siklus tahunan, entahlah. Kiranya itu hanya menjadi bagian
dari dinamika keberagamaan yang hampir ada di seluruh belahan dunia. Tetapi
yang memprihatinkan jika harus beredar stigma salah dan sesat kepada sesama
penganut agama Islam, apalagi jika stigma tersebut harus dialamatkan kepada sosok
Ulama seperti Quraish Shihab, penulis Tafsir Al-Misbah yang menjadi rujukan
tafsir Al-Qur’an banyak muslim di Indonesia bahkan Asia Tenggara, yang secara
pribadi membolehkan ucapan selamat Natal kepada mereka yang merayakan. Sedang
mereka yang tidak membolehkan ucapan selamat atas perayaan hari-hari besar
agama lain dengan berbagai dalil dan pendapat, kiranya tak memaksakan pendapat
tersebut kepada orang lain yang memiliki pemahaman berbeda, karena perbedaan
pandangan dalam hal yang satu ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan telah
ada jauh sebelumnya.
Hal
ini harus didudukkan sebagai akibat dari perbedaan cara pandang, baik dalam
memahami dalil agama maupun pemahaman yang berkembang dari masa ke masa.
Sehingga tak ada alasan ummat Islam saling salah-menyalahkan justru ditengah
kebahagiaan peganut agama lain. Ucapan selamat Natal kiranya ditempatkan
sebagai upaya untuk meningkatkan hubungan baik antar penganut Islam-Kristen
yang dalam beberapa kasus kerapkali berbenturan. Bukan justru
dihubung-hubungkan dengan soal akidah yang sudah sangat jelas berbeda.
Ucapan
selamat Natal untuk memperbaiki simpul-simpul hubungan antar penganut agama
kiranya juga dilakukan tidak secara tidak berlebih-lebihan, cukuplah itu
dilakukan seperlunya saja dengan senantiasa memperhatikan batasan-batasan yang
telah diatur dalam ajaran agama Islam tentunya melalui pendapat para Ulama yang
diakui kapasitas keulamaannya oleh masyarakat luas.