0
Makassar Kota Yang Luka
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
11:30 AM
in
Opini
Kampanye “Makassar Tidak Kasar” mungkin
kita sering jumpai di pete-pete, kendaraan roda dua hingga dinding di
ruang-ruang publik, itu adalah slogan perlawanan terhadap stigma yang terlanjur
melekat pada orang Makassar, “kasar”. Entah siapa memulai, tetapi yang pasti
stigma stereotype tersebut sangat bertentangan dengan kebudayaan luhur siri’ na
pacce. Berbagai upaya melawan stereotype tersebutpun dilakukan, dari kampanye
lewat berbagai media, diskusi melalui berbagai organisasi dan komunitas
kepemudaan hingga seminar ilmiah di kampus-kampus. Stigma setereotype itu kemungkinan
timbul sebagai respon dari berbagai fenomena kekerasan, tawuran pelajar dan
mahasiswa serta tindak kriminalitas yang terjadi di Makassar, yang beberapa
pekan terakhir kembali marak.
Satu dekade terakhir Makassar terus
berbenah mengejar obsesi menjadi kota dunia, kota yang diangan-angankan dapat
selevel dengan kota-kota metropolitan di Negara-negara maju. Walikotanya kini
yang seorang Arsitektur ternama, memulai agenda pemerintahannya dengan sejumlah, dari Gerakan Makassar ta’ Tidak Rantasa’ (GMTR) dan Lihat
Sampah Ambil (LISA), Makassar future city, serta Makassar smart and Sombere’ city.
Geng Motor
Semua jargon dan slogan yang diproduksi oleh pemerintahan Danny Pomanto tersebut
sejak beberapa minggu terakhir seolah tak berarti apa-apa menghadapi kawanan perusuh
yang meresahkan masyarakat kota Makassar, sehingga seruan #MakassarTidakAman sebagai bentuk
keresahan menjadi lebih populis bagi masyarakat
kota daeng, utamanya di
media sosial sebagai yang berperan signifikan dalam peneyebaran isu, fenomena
dan peristiwa penting yang terjadi di masyarakat. karena hal itu menyangkut keamanan dan kenyamanan kota yang
dirasakan langsung oleh masyarakat, mengingat janji
awal Danny Pomanto ketika dilantik menjadi Walikota Makassar adalah ingin menciptakan kota dunia yang aman.
Dalam satu minggu ini saja, beberapa
peristiwa kriminal terjadi hampir setiap hari, dan telah memakan beberapa
korban jiwa selain tentunya kerugian materil. Lewat dunia maya masyarakat kota
beramai-ramai mendesak pihak kepolisian dan pemerintah kota Makassar agar
segera menindak para pelaku kriminal dan memutus mata rantai kejahatan di jalan
raya, desakan #MakassarHarusAman menjadi isu krusial yang menarik perhatian masyarakat
kota Makassar.
Dalam banyak statemen yang
dilontarkan oleh masyarakat dan ditambah kabar yang
beredar lewat berbagai
media, Geng Motor menjadi yang paling
bertanggungjawab dan diklaim sebagai biang dari memburuknya keamanan di kota
Makassar. Bagi penulis isu kriminalitas yang terjadi belakangan ini tak bisa diover generalisasi hanya
dilakukan oleh kawanan Geng Motor ,
karena faktanya tindak kejahatan yang
terjadi tidak saja dialami oleh para pengendara,
warkop serta minimarket yang menjadi korban penyerangan Geng Motor di malam
hari, warga yang bermukim di rumahpun kian menjadi resah oleh aksi-aksi
kriminalitas, dalam beberapa kasus, sejumlah
warga dirampok dirumahnya, beberapa diantaranya mengalami penganiayaan.
Geng Motor memang cukup meresahkan masyarakat sejak beberapa bulan terakhir,
namun menyempitkan aksi kriminalitas yang terjadi sebagai tindakan kawanan Geng
Motor juga tidaklah benar, karena toh kejahatan-kejahatan lain juga mengintai
warga yang tinggal di rumah.
Save Remaja
Dalam berbagai pemberitaan di media,
pihak kepolisian berhasil menangkap sejumlah remaja yang di duga adalah kawanan
geng motor yang sering meresahkan warga, juga dalam beberapa kasus penodongan dan
penjambretan, beberapa pelaku juga telah
ditangkap dan saat ini tengah dalam penanganan pihak yang berwajib. Yang
memprihatinkan bahwa kebanyakan dari para pelaku tindak kriminalitas tersebut
adalah remaja usia sekolah yang seharusnya bermodal pulpen dan buku untuk
belajar, bukan malah berbekal badik dan busur untuk menodong dan melukai
korbannya. Memprihatinkan lagi karena dalam beberapa kasus mereka tidak
segan-segan menghabisi nyawa mereka yang memberi perlawanan, seolah menghilangkan nyawa
orang lain menjadi perkara yang biasa.
Ketika melihat usia mereka yang
masih sangat muda, mungkin kita akan mengira bahwa itu adalah bentuk kenakalan
remaja, namun ketika kita melihak tindakan yang mereka lakukan, kita akan haqqul yakin bahwa itu adalah sebuah bentuk
kejahatan yang harus dihukum seberat-beratnya. Kita tentunya tak bisa
menyalahkan mereka secara sepihak, kita sepakat bahwa apa yang mereka lakukan
adalah sebuah tindakan kriminal, namun
mereka menjadi seperti itu penulis kira bukanlah pilihan yang sadar,
dalam beberapa penyelidikan ditemukan bahwa dalam menjalankan aksi-aksinya,
mereka tengah dalam pengaruh obat-obatan yang kini tidak hanya dalam kategori
narkotika, namun juga zat kimia jenis lain yang tidak kalah berbahanya, bahkan
beberapa informasi yang beredar ada di anatara mereka yang sampai menghisap zat
perekat (lem).
Keluarga dan lingkungan pergaulan
menjadi yang paling tersalahkan dalam kasus ini, namun ketika kita ingin
melihat kejadian ini sebagai sebuah rangkaian sebab-akibat yang tidak
sederhana, tata kelolah kota kita juga atut untuk dipersalahkan, Makassar yang
kian hari semakin penuh sesak oleh pembangunan ruang-ruang komersil seolah tak
lagi peduli terhadap nasib generasi muda (remaja) yang butuh ruang aktualisasi
untuk mengekspresikan potensi diri mereka, utamanya mereka berada di garis kemiskinan.
Para remaja dari keluarga ekonomi lemah ini sangat rentan terjebak dalam pola
pergaulan yang tidak sehat, ketika kebutuhan dan keinginan mereka tak dapat
diperoleh dengan cara-cara yang halal, hidup dari menjambret, menodong dan
menjarah harta milik orang lain mungkin adalah sebuah tuntutan ditengah
keterbatasn pengetahuan dan potensi (skill) diri. Sehingga dalam hal ini, orang tua, pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kita semua menjadi pihak yang
bertanggungjawab untuk sama-sama memperbaiki kondisi ini, minimal dalam lingkungan kecil
keluarga dan lingkungan sosial di sekitar kita, itu jika kita masih memiliki siri’ na pacce sebagai nilai
kebudayaan yang merupakan jati diri orang Bugis-Makassar.
Post a Comment