0
Anomali
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
11:37 AM
in
Refleksi
Seiring hujan membasahi tanah,
bebatuan dan daun-daun bersorak
Seketika malam berpendar cahaya dari deret tiang-tiang menjulang
Seumpama kita tak seperti saat senja merona di ufuk cakrawala
Sepatah-kata kelak akan mampu menggores luka, lalu hujan menjadi tempat bersinggah
Seketika malam berpendar cahaya dari deret tiang-tiang menjulang
Seumpama kita tak seperti saat senja merona di ufuk cakrawala
Sepatah-kata kelak akan mampu menggores luka, lalu hujan menjadi tempat bersinggah
Sebagaimana idealitas terbang
tertiup badai, hilang tersapu derasnya arus
Kenangan hanyalah cerita usang penuh debu di atas buku-buku tua
Kusam dimakan usia
Membiarkannya lapuk digerogoti masa
Kemudian kita hanya bisa berkisah, dulu!
Kenangan hanyalah cerita usang penuh debu di atas buku-buku tua
Kusam dimakan usia
Membiarkannya lapuk digerogoti masa
Kemudian kita hanya bisa berkisah, dulu!
Mungkin benar bahwa kita tengah
mengidap lupa
Pada segala dalam kurun waktu sejarah
Hingga gontai melangkah tak tentu arah
Maju kebelakang lalu mundur kedepan
Pada segala dalam kurun waktu sejarah
Hingga gontai melangkah tak tentu arah
Maju kebelakang lalu mundur kedepan
Itu sebuah lelucon yang pantas ditangisi
Agar kita menertawai diri sendiri
Musabab hati kian gersang
Akal kian berkarat
Agar kita menertawai diri sendiri
Musabab hati kian gersang
Akal kian berkarat
Sesaat setelah hujan reda dan langit
menjadi cerah
Semua akan terjaga dari halusinasi panjang
Membuka mata lalu mulai bermimpi
Bahkan, kita seringkali terbangun untuk kembali tidur!
Semua akan terjaga dari halusinasi panjang
Membuka mata lalu mulai bermimpi
Bahkan, kita seringkali terbangun untuk kembali tidur!
Post a Comment