0
Islam Membingkai Indonesia
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
4:27 PM
in
Opini
Sumber : mobavatar.com
Indonesia adalah sebuah konsep nation-state yang menjadi entitas perekat diantara berbagai
lokalitas yang bhineka dari sabang-merauke hingga pulau rote, atas dasar
keinsyafan melihat realitas plural dalam sosio-kultural masyarakat maka para
kusuma bangsa (founding fathers) yang terdiri dari beberapa tokoh lintas
identitas (nasionalis-religious) kemudian bersepakat menjadikan Pancasila
sebagai dasar negara yang mampu mengakomodir segenap elemen bangsa. Meskipun diawal
perumusan terdapat perdebatan hangat tentang tujuh kata yang tercantum pada
sila pertama piagam Jakarta “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, namun akhirnya konsep final pada sila pertama “Ketuhanan yang maha esa” dengan kesadaran
historis-argumentatif mampu diterima bersama.
Namun belakangan upaya gugatan terhadap Pancasila sebagai
asas ideologi negara kembali mencuat kepermukaan. Pertama, gugatan terhadap
pancasila yang tidak lagi menjadi referensi utama dalam penyelenggaraan negara
dan roda gerak pemerintahan, atau dalam bahasa lain Pancasila dengan lima
prinsip yang menjadi ruh bernegara-berbangsa dan bermasyarakat kini
termarginalkan dari ranah-ranah aktualisasi nasionalitas para penganutnya,
dimana potret penyelenggaraan pemerintahan telah sangat jauh dari nilai
subtansi pancasila. Kedua, adanya kelompok atau golongan yang kembali membawa
semangat simbol atau atribut sosial tertentu untuk menggugat keabsahan
pancasila sebagai dasar ideologi yang dapat dipegang, yang berimbas pada
menurunnya semangat kebangsaan yang akan menjadi ancaman disintegrasi bangsa
Indonesia yang baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya 67 tahun yang lalu.
Lalu apakah kita akan turut mengambil posisi untuk menggugat pancasila dan
mengambil peran dalam agenda merubah tatanan bernegara berdasarkan asas
golongan tertentu dan melupakan perjuangan panjang para pandawa bangsa yang
telah berkorban jiwa raga? dan amnesia akan dimensi kesejarahan kita sebagai
manusia yang terlahir dari rahim bumi pertiwi? Atau kita akan turut kembali
memperjuangkan aktualisasi dan internalisasi pancasila dalam keberlangsungan
kehidupan negara-bangsa Indonesia?
Menyoal Negara dan
Kepemimpinan
Mungkin dua Ormas Islam terbesar di bangsa ini
NU-Muhammadiyah akan menggunakan legitimasi sejarah untuk mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara dan NKRI sebagai konsepsi ideal-kontekstual,
dimana kedua Ormas Islam dengan penganut mayoritas itu terlibat langsung dalam
pergulatan memformulasikan konsep bernegara pasca penjajahan yang mewariskan
catatan hitam sejarah Indonesia dan mengamini Pancasila sebagai ideologi negara,
dengan keyakinan bahwa Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran
Islam, bahkan lima nilai yang terkandung di dalamnya merupakan satu bentuk
penjabaran ajaran agama Islam yang universal (rahmatan lil alamin).
Dalam literatur fiqih klasik ada empat konsep negara, yaitu darul islam (negara islam), darul kufr (negara kafir), daru as-suluh (negara yang sedang dalam
gencatan senjata), dan daru as-salam
(negara damai), untuk konteks Indonesia mayoritas ulama sepakat menggunakan
konsep negara yang ke empat (negara damai), dengan tidak mengusung formalitas
agama dalam negara (religion state)
tetapi memperjuangkan kepentingan bangsa yang terdiri dari multi latar belakang
agama, sosial, budaya (nation state).
Bahkan dalam sejarahnya Nabi Muhammad tidak pernah
meligitimasi satu konsep bernegara yang mapan, entah dalam bentuk teokrasi,
aristokrasi, demokrasi dan sebagainya, yang paling penting adalah bagaimana negara
menjadi organisasi tertinggi untuk mewadahi seluruh masyarakat tanpa pembedaan
status dan kelas sosial untuk menikmati
akses kesejahteraan dan keadilan. Karena yang sering menjadi persoalan dalam
penyelenggaraan negara adalah sistem kepemimpinan yang kacau balau yang
kemudian berindikasi pada penyimpangan-penyimpangan wewenang dan kekuasaan.
Dalam hal kepemimpinan sendiri, jumhur ulama berpendapat
bahwa kepemimpinan yang paling ideal adalah ketika Rasululullah saw menjadi memimpin,
kemudian dilanjutkan oleh para khulafa ar-rasyidin bahkan sebagian menambahkan
Umar bin abdul aziz pada masa dinasti bani umayyah, Nabi Muhammad dan lima khalifah
tersebut merupakan prototipe pemimpin yang senantiasa meletakkan segala urusan dan kepentingan individu dibawah
kepentingan masyarakat, karena motif kepemimpinan mereka semata-mata untuk
beribadah (baik dalam dimensi individu maupun sosial) berbeda dengan budaya
politik kita hari ini yang profit
oriented.
Beda konteks beda sejarah, untuk mengatasi berbagai problematika
yang sedang melanda Indonesia adalah sebuah kefardhuan ketika kita kembali
belajar dari sejarah, sejarah dimana proses memerdekakan bangsa ini
diperjuangkan tidak atas nama atribut sosial yang menjadi kutub identitas
(agama, suku, dsb) tetapi atas dasar kesadaran bersama keluar dari jerat
ketertindasan dan penjajahan yang memasa. Bukan malah dengan mengutip satu-dua
dalil agama kemudian menjadi legitimasi untuk memperjuangkan sebuah tatanan
negara dengan pendekatan yang ahistoris, dan justru rentan melahirkan
kanibalitas sesama ummat, dimana agama akan sangat mudah menjadi alat
kekuasaan, dengan kenyataan bahwa ummat Islam sudah sedemikian
terkotak-kotakkan dalam berbagai macam kelompok-ideologis. Maka menjaga
kelestarian NKRI dengan reeksplorasi Pancasila sebagai pedoman nasional,
prinsip Islam subtansial yang terkandung didalamnya akan menciptakan sebuah
harmoni kehidupan dalam bingkai pluralitas identitas.
Sudah saatnya kesadaran menjadi pemimpin dan wakil rakyat
senantiasa berawal dari niat tulus untuk mengabdikan potensi mengorganisir
sumberdaya negara untuk kesejahteraan masyarakat, bukan malah menjadikan ladang
politik sebagai lahan basah meraup keuntungan untuk pemenuhan syahwat materil
dan popularitas demi keberlanjutan karir politik, karena sejatinya politik
adalah salah-satu sarana aktualisasi diri untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat
negara dan bangsa, bukan malah menjadi parasit yang menghisap dan
memiskinkannya.
Post a Comment