0
Pendidikan : Ritus Kegamangan
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
8:48 AM
in
Opini
Seorang
mahasiswa berambut ikal mengacungkan tangan, suaranya yang bass terdengar jelas
mengeluarkan kata-kata yang tidak biasa, tegas namun sedikit menggelitik. Dia
mengomentari seorang dosen yang mengatakan "Mahasiswa terbaik adalah
mereka yang mampu menyelesaikan kuliah dengan cepat sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan universitas, maka dari itu saya menghimbau kepada kalian semua untuk
tekun belajar dan aktif mengikuti proses perkuliahan serta sebisa mungkin
menghindari aktifitas apa lagi terlibat dalam organisasi-organisasi kampus yang
tidak jelas orientasi dan tujuannya itu. Lihat para dosen kalian banyak
diantara mereka yang tidak berorganisasi pada waktu kuliah, toh,, bisa menjadi
PNS". Semua murid terdiam, banyak diantara mereka yang manggut-manggut
tanda setuju, ada pula yang hanya sibuk dengan tatapan kosong membayangkan masa
depan dengan penuh harapan. Namun tidak untuk dia, yang dengan percaya diri
berkata " Apa yang menjadi jaminan rajin kuliah, IPK 04,00, kemudia lulus
dengan nilai cumlaude lantas akan menjadi mahasiswa sukses ? Lalu bagaimana
dengan alumni perguruan tinggi negri dan swasta yang bermodalkan secarik kertas
ijazah dengan nilai yang sempurna yang kesehariannya hanya diisi dengan jogging
mencari kerja sana sini hingga berprofesi sebagai pelamar kerja "abadi"
? Sebenarnya ini pertanyaan namun sekaligus pernyataan yang membuat sang dosen
jadi bingung dan berfikir keras. Kelas hari itu berlalu tanpa sepatah jawaban
yang minimal bisa mengurangi keresahan anak muda yang sedang terkena candu
pengetahuan itu, maka biarlah hal itu menjadi PR buat sang dosen.
Sejarah
yang Terhianati
Itulah
potret kecil dunia pendidikan kita hari ini, lembaga yang seharusnya menjadi
ladang menumbuh suburkan kader-kader intelektual yang kritis lagi berkarakter
justru menjadi tempat merebaknya aroma pragmatisme dan ketidakberdayaan
pengetahuan. Sejarah pendidikan Indonesia ketika ingin merunut jauh dalam
kesejarahannya, jauh sebelum negara dan bangsa " Indonesia" itu ada,
peradaban pengetahuan di wilayah-wilayah yang dulunya berupa lokalitas-lokalitas
yang esklusif itu telah tumbuh sebuah peradaban pengetahuan yang cemerlang.
Masa keemasan itu berlangsung dalam sistem feodalisme yang bertahan selama
berabad-abad lamanya, membentuk citra yang luhur dan sekaligus menjadi magnet
yang menggiring kolonialisme masuk menjadi pengaruh terburuk sepanjang sejarah.
Fakta sejarah kebesaran itu tertulis rapi dalam lembaran-lembaran teks sejarah,
semisal kemasyuran Sriwijaya di sumatera, kebesaran majapahit di Jawa dan
beberapa kerajaan-kerajaan besar di wilayah timur (Nusantara) yang pernah
menguasai wilayah hingga kesebrang lautan dan samudera nan jauh. Sebut salah
satu karya paling monumental dalam sejarah kesusastraan dunia, tidak lain yaitu
kitab Lagaligo yang menjadi kitab kuno terpanjang di dunia mengalahkank
kitab Mahabrata dari India. Peradaban seperti apakah yang mampu melahirkan maha
karya sebesar itu ? tidak mungkin sebuah peradaban kecil atau biasa-biasa saja,
namun pastilah sebuah peradaban yang besar untuk konteks masa itu bahkan hingga
masa sekarang.
Tidak
dapat dipungkiri model pendidikan kita hari ini adalah warisan kolonialisme
yang masih terus dillestarikan. Sistem pendidikan yang sangat formalistik
semakin menjauhkan diri dari fungsi dan tujuan pendidikan itu sendiri,
melanggar UUD dasar 1945 secara konstitusional dan menghianati cita-cita
pendidikan yang luhur. Model pendidikan pesantren yang diklaim lahir dari rahim
kultural masyarakat indonesia juga menjadi gagap menghadapi tantangan zaman
yang kian dikuasai oleh dominasi barat yang imperialistik. pengetahuan yang
multi perspektif menjadi sangat kering akan nilai-nilai humanisme dan cinta
terhadap kehidupan alam yang makin hari makin rusak akibat eksploitasi tak
berhati. Ilmu dan pengetahuan yang semestinya diimplementasikan untuk menjaga
kelestarian alam dan ras manusia justru digunakan untuk saling menegasikan satu
sama lain. Sehingga wajar saja ketika alam semakin tidak bersahabat dan manusia
semakin menjadi binatang yang berfikir namun tidak berakal.
Post a Comment