0
Pudarnya Pesona Biru-Kuning
Posted by Fadhlan L Nasurung
on
9:09 AM
in
Refleksi
Ada yang duduk termangu di sela
senja, saat cahaya keemasan perlahan pudar digilas waktu
Mengais sisa-sisa semangat dari rentetan pertarungan hidup
Tentang keyakinan, ide, harapan dan cita-cita besar yang menjadi alasan
Mengapa kita harus melangkah, bergerak dalam satu barisan untuk sebuah cita
Karena perjuangan yang menjadi musabab jiwa
Lalu kita mesti memilih mengabdi bahkan berkorban
Ada yang menarik dari langit, saat kita tersadar bahwa dia tak selamanya biru
Ada saat dimana kita harus menerima cahaya tak selamanya terang
Atau, suatu ketika dimana kita harus berlindung dibalik gelap yang terkadang memberi ketenangan
Karena hidup, bukan lagi soal hitam dan putih
Tapi soal kompleksitas yang membuat kita harus belajar lebih banyak, lebih giat
Sejuknya pagi hanya mampu dirasa tak begitu lama
Kemudian kita menghujat terik siang yang membakar hingga ke ubun-ubun
Kita terlalu sering menghardik keadaan, tanpa pernah berdaya mengubah kondisi yang tak berpihak
Kita terlalu senang berpaku tangan, lalu tak sama sekali faham tentang zaman
Hari ini, ada yang telah begitu tua untuk duduk bernostalgia
Sosok yang tak sama sekali nampak dalam jelmaan yang kasat mata
Kita mengenal dia lewat simbol yang begitu gagah untuk sekedar jadi penghias bendera
Dia memiliki jiwa yang terlalu sakral untuk manusia-manusia tak bermoral
Dia memiliki makna yang terlalu dalam yang tak akan selesai dengan kata-kata
Kita menyebutnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Biru-Kuning adalah warna kebesarannya yang banyak merefleksikan keteladanan
Namun, semua tinggallah harapan dan idealitas
Karena penyakit lupa telah menggerogoti kita
Lupa mengingat dia sebagai sebuah nalar, mental dan gerak
Hingga kita alpa dari zikir, fikir dan amal shaleh
Sebenarnya kita mengenalnya begitu akrab, begitu dekat
Jiwanya bersemayam dalam jasad perjuangan para punggawa pergerakan
Namun tak semua mampu menjamah jiwa-raganya
Karena hanya mereka yang mengenal dirinya, akan mengenal apa, siapa dan bagaimana PMII yang sebenarnya...
Jayalah PMII, Jayalah Indonesia !
Mengais sisa-sisa semangat dari rentetan pertarungan hidup
Tentang keyakinan, ide, harapan dan cita-cita besar yang menjadi alasan
Mengapa kita harus melangkah, bergerak dalam satu barisan untuk sebuah cita
Karena perjuangan yang menjadi musabab jiwa
Lalu kita mesti memilih mengabdi bahkan berkorban
Ada yang menarik dari langit, saat kita tersadar bahwa dia tak selamanya biru
Ada saat dimana kita harus menerima cahaya tak selamanya terang
Atau, suatu ketika dimana kita harus berlindung dibalik gelap yang terkadang memberi ketenangan
Karena hidup, bukan lagi soal hitam dan putih
Tapi soal kompleksitas yang membuat kita harus belajar lebih banyak, lebih giat
Sejuknya pagi hanya mampu dirasa tak begitu lama
Kemudian kita menghujat terik siang yang membakar hingga ke ubun-ubun
Kita terlalu sering menghardik keadaan, tanpa pernah berdaya mengubah kondisi yang tak berpihak
Kita terlalu senang berpaku tangan, lalu tak sama sekali faham tentang zaman
Hari ini, ada yang telah begitu tua untuk duduk bernostalgia
Sosok yang tak sama sekali nampak dalam jelmaan yang kasat mata
Kita mengenal dia lewat simbol yang begitu gagah untuk sekedar jadi penghias bendera
Dia memiliki jiwa yang terlalu sakral untuk manusia-manusia tak bermoral
Dia memiliki makna yang terlalu dalam yang tak akan selesai dengan kata-kata
Kita menyebutnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Biru-Kuning adalah warna kebesarannya yang banyak merefleksikan keteladanan
Namun, semua tinggallah harapan dan idealitas
Karena penyakit lupa telah menggerogoti kita
Lupa mengingat dia sebagai sebuah nalar, mental dan gerak
Hingga kita alpa dari zikir, fikir dan amal shaleh
Sebenarnya kita mengenalnya begitu akrab, begitu dekat
Jiwanya bersemayam dalam jasad perjuangan para punggawa pergerakan
Namun tak semua mampu menjamah jiwa-raganya
Karena hanya mereka yang mengenal dirinya, akan mengenal apa, siapa dan bagaimana PMII yang sebenarnya...
Jayalah PMII, Jayalah Indonesia !
|
