0

Anomali

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:37 AM in


Seiring hujan membasahi tanah, bebatuan dan daun-daun bersorak
Seketika malam berpendar cahaya dari deret tiang-tiang menjulang
Seumpama kita tak seperti saat senja merona di ufuk cakrawala
Sepatah-kata kelak akan mampu menggores luka, lalu hujan menjadi tempat bersinggah

Sebagaimana idealitas terbang tertiup badai, hilang tersapu derasnya arus
Kenangan hanyalah cerita usang penuh debu di atas buku-buku tua
Kusam dimakan usia
Membiarkannya lapuk digerogoti masa
Kemudian kita hanya bisa berkisah, dulu!

Mungkin benar bahwa kita tengah mengidap lupa
Pada segala dalam kurun waktu sejarah
Hingga gontai melangkah tak tentu arah
Maju kebelakang lalu mundur kedepan

Itu sebuah lelucon yang pantas ditangisi
Agar kita menertawai diri sendiri
Musabab hati kian gersang
Akal kian berkarat 

Sesaat setelah hujan reda dan langit menjadi cerah
Semua akan terjaga dari halusinasi panjang
Membuka mata lalu mulai bermimpi
Bahkan, kita seringkali terbangun untuk kembali tidur!


|
0

Makassar Kota Yang Luka

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:30 AM in


Kampanye “Makassar Tidak Kasar” mungkin kita sering jumpai di pete-pete, kendaraan roda dua hingga dinding di ruang-ruang publik, itu adalah slogan perlawanan terhadap stigma yang terlanjur melekat pada orang Makassar, “kasar”. Entah siapa memulai, tetapi yang pasti stigma stereotype tersebut sangat bertentangan dengan kebudayaan luhur siri’ na pacce. Berbagai upaya melawan stereotype tersebutpun dilakukan, dari kampanye lewat berbagai media, diskusi melalui berbagai organisasi dan komunitas kepemudaan hingga seminar ilmiah di kampus-kampus. Stigma setereotype itu kemungkinan timbul sebagai respon dari berbagai fenomena kekerasan, tawuran pelajar dan mahasiswa serta tindak kriminalitas yang terjadi di Makassar, yang beberapa pekan terakhir kembali marak.

Satu dekade terakhir Makassar terus berbenah mengejar obsesi menjadi kota dunia, kota yang diangan-angankan dapat selevel dengan kota-kota metropolitan di Negara-negara maju. Walikotanya kini yang seorang Arsitektur ternama, memulai agenda pemerintahannya dengan sejumlah, dari Gerakan Makassar ta’ Tidak Rantasa’ (GMTR) dan Lihat Sampah Ambil (LISA), Makassar future city, serta Makassar smart and Sombere’ city.

Geng Motor

Semua jargon dan slogan yang diproduksi oleh pemerintahan Danny Pomanto tersebut sejak beberapa minggu terakhir seolah tak berarti apa-apa menghadapi kawanan perusuh yang meresahkan masyarakat kota Makassar, sehingga seruan #MakassarTidakAman sebagai bentuk keresahan menjadi lebih populis bagi masyarakat kota daeng, utamanya di media sosial sebagai yang berperan signifikan dalam peneyebaran isu, fenomena dan peristiwa penting yang terjadi di masyarakat. karena hal itu menyangkut keamanan dan kenyamanan kota yang dirasakan langsung oleh masyarakat, mengingat janji awal Danny Pomanto ketika dilantik menjadi Walikota Makassar adalah ingin menciptakan kota dunia yang aman.

Dalam satu minggu ini saja, beberapa peristiwa kriminal terjadi hampir setiap hari, dan telah memakan beberapa korban jiwa selain tentunya kerugian materil. Lewat dunia maya masyarakat kota beramai-ramai mendesak pihak kepolisian dan pemerintah kota Makassar agar segera menindak para pelaku kriminal dan memutus mata rantai kejahatan di jalan raya, desakan #MakassarHarusAman menjadi isu krusial yang menarik perhatian masyarakat kota Makassar.

Dalam banyak statemen yang dilontarkan oleh masyarakat dan ditambah kabar yang beredar lewat berbagai media, Geng Motor menjadi yang paling bertanggungjawab dan diklaim sebagai biang dari memburuknya keamanan di kota Makassar. Bagi penulis isu kriminalitas yang terjadi belakangan ini tak bisa diover generalisasi hanya dilakukan oleh kawanan Geng Motor , karena faktanya tindak kejahatan yang terjadi tidak saja dialami oleh para pengendara, warkop serta minimarket yang menjadi korban penyerangan Geng Motor di malam hari, warga yang bermukim di rumahpun kian menjadi resah oleh aksi-aksi kriminalitas, dalam beberapa kasus, sejumlah warga dirampok dirumahnya, beberapa diantaranya mengalami penganiayaan. Geng Motor memang cukup meresahkan masyarakat sejak beberapa bulan terakhir, namun menyempitkan aksi kriminalitas yang terjadi sebagai tindakan kawanan Geng Motor juga tidaklah benar, karena toh kejahatan-kejahatan lain juga mengintai warga yang tinggal di rumah.

Save Remaja

Dalam berbagai pemberitaan di media, pihak kepolisian berhasil menangkap sejumlah remaja yang di duga adalah kawanan geng motor yang sering meresahkan warga, juga dalam beberapa kasus penodongan dan penjambretan, beberapa pelaku juga telah ditangkap dan saat ini tengah dalam penanganan pihak yang berwajib. Yang memprihatinkan bahwa kebanyakan dari para pelaku tindak kriminalitas tersebut adalah remaja usia sekolah yang seharusnya bermodal pulpen dan buku untuk belajar, bukan malah berbekal badik dan busur untuk menodong dan melukai korbannya. Memprihatinkan lagi karena dalam beberapa kasus mereka tidak segan-segan menghabisi nyawa mereka yang memberi perlawanan, seolah menghilangkan nyawa orang lain menjadi perkara yang biasa.

Ketika melihat usia mereka yang masih sangat muda, mungkin kita akan mengira bahwa itu adalah bentuk kenakalan remaja, namun ketika kita melihak tindakan yang mereka lakukan, kita akan haqqul yakin bahwa itu adalah sebuah bentuk kejahatan yang harus dihukum seberat-beratnya. Kita tentunya tak bisa menyalahkan mereka secara sepihak, kita sepakat bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah tindakan kriminal, namun  mereka menjadi seperti itu penulis kira bukanlah pilihan yang sadar, dalam beberapa penyelidikan ditemukan bahwa dalam menjalankan aksi-aksinya, mereka tengah dalam pengaruh obat-obatan yang kini tidak hanya dalam kategori narkotika, namun juga zat kimia jenis lain yang tidak kalah berbahanya, bahkan beberapa informasi yang beredar ada di anatara mereka yang sampai menghisap zat perekat (lem).

Keluarga dan lingkungan pergaulan menjadi yang paling tersalahkan dalam kasus ini, namun ketika kita ingin melihat kejadian ini sebagai sebuah rangkaian sebab-akibat yang tidak sederhana, tata kelolah kota kita juga atut untuk dipersalahkan, Makassar yang kian hari semakin penuh sesak oleh pembangunan ruang-ruang komersil seolah tak lagi peduli terhadap nasib generasi muda (remaja) yang butuh ruang aktualisasi untuk mengekspresikan potensi diri mereka, utamanya mereka berada di garis kemiskinan. Para remaja dari keluarga ekonomi lemah ini sangat rentan terjebak dalam pola pergaulan yang tidak sehat, ketika kebutuhan dan keinginan mereka tak dapat diperoleh dengan cara-cara yang halal, hidup dari menjambret, menodong dan menjarah harta milik orang lain mungkin adalah sebuah tuntutan ditengah keterbatasn pengetahuan dan potensi (skill) diri. Sehingga dalam hal ini, orang tua, pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan kita semua menjadi pihak yang bertanggungjawab untuk sama-sama memperbaiki kondisi ini, minimal dalam lingkungan kecil keluarga dan lingkungan sosial di sekitar kita, itu jika kita masih memiliki siri’ na pacce sebagai nilai kebudayaan yang merupakan jati diri orang Bugis-Makassar.

|

Copyright © 2009 Manusia Cipta All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.