2

Karya "Akhir Tahun", Katanya !!!

Posted by Fadhlan L Nasurung on 6:44 AM in
Waktu dlm refleksi angka " 01-01-2013 " . . .

Kita merayakan akhir dari 2012 . . . 
Lalu menyambut Awal dari 2013 . . .
Tak mengerti pasti apa esensi dari simbolitas waktu itu . . .
Keberlaluannya begitu menyita . . .
Banyak yang rela menyatukan persepsi untuk sebuah konsepsi nihil . . .
Perayaan dari sebuah dimensi waktu . . .
Akhir tahun untuk sebuah momen refleksi . . .
Awal tahun (Tahun baru) untuk sebuah parade dan selebrasi . . .
Waktu seolah hanya menjadi ajang perayaan . . .
Semua ingin memeriahkan . . .

Menjelang suksesi tahun . . .
Disanalah waktu terkadang berteriak,, menjerit,, dan menangis . . .
Karena rangkaian tragedi ketersiasiaan . . .
Dimana keberakhirannya begitu dinanti . . .
Dengan pesta poranda . . .
Ritus seksualitas . . .
Hingga kembang hura extravagansa . . .

_ The end of the Time episode _

|
0

Jokowi-Foke, Media dan Kongsi Politik

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:32 AM in
Beberapa minggu yang lalu saya menulis tentang semarak Pemilukada DKI jakarta yang banyak menyita perhatian para kompasianer, sampai saat ini tema-tema politik antara rivalitas Jokowi-Foke masih menjadi trend di kompasiana, entah karena daya tarik kedua pasang calon yang memang fantastis, atau hanya sekedar sarana propaganda untuk meningkatkan grade popularitas ke dua calon gubernur tersebut. Hiruk-pikuk Pemilukada DKI jakarta memang sewajarnya memenuhi list berita di berbagai media, mengingat posisi DKI jakarta sebagai Ibu kota republik Indonesia, ditambah warna politik pada pemilukada ini memang memiliki corak yang sangat khas.

Joko Widodo, walikota solo yang mencalonkan diri pada Pemilukada kali ini secara tak terduga memimpin klasemen perolehan suara pada pemilihan putaran pertama, sosoknya yang sangat berbeda dengan politisi pada umumnya, merupakan jualan politik yang cukup  menjanjikan. Hingga tak heran pemberitaan tentang dirinya selalu menjadi yang incaran media. Apalagi sosok calon pendampingnya, Basuki (Ahok) sempat menjadi pembicaraan hangat akibat pernyataan kontroversial ketua DPR RI, Marzuki Ali yang menyerukan memilih pemimpin yang seiman.

Nampaknya Jokowi pantas menjadi selebriti politik untuk pesta demokrasi pemilukada kali ini, tingkat perhatian publik terhadap sosok dirinya kian hari semakin bertambah, apakah hal itu menjadi sinyal kuat meningkatnya elektabiltas masyarakat terhadap dirinya, atau hanya sekedar ajang fantasi untuk meminimalisir tingkat kekecewaan seandainya nanti dia tidak mampu memenangkan pemilihan gubernur putaran ke dua, tapi yang pasti masa depan jakarta ada di tangan masyarakat yang akan menentukan pilihan politknya sebagai bentuk penyerahan amanah dan tanggung jawab kepada kandidat yang akan terpilih nantinya.

Berbeda dengan Foke yang telah menjabat satu periode sebagai gubernur DKI Jakarta, tentunya sosoknya yang memiliki kedekatan primordial dengan kelompok etnis Betawi, yang merupakan etnis pribumi Ibukota Jakarta, menjadi sebuah kekuatan moral tersendiri untuk optimis bahwa dirinya dapat kembali terpilih untuk memimpin jakarta lima tahun kedepan.

Popularitas tokoh memang sangat mempengaruhi tingkat elektabilitasnya, namun itu bukan satu-satunya dalil untuk secara terburu-buru menentukan pilihan politik di bilik suara, karena jangan sampai arus dan mainstream politik di media adalah sebuah kongsi politik untuk memenangkan salah satu kandidat. Meskipun hal itu hanya merupakan spekulasi, namun kiranya juga perlu menyoal independensi media dalam kontestasinya di panggung politik, karena tidak dapat dipungkiri media memiliki peran yang signifikan dalam melakukan propaganda terhadap alam bawah sadar masyarakat, utamanya yang belum cukup memiliki senjata kritisisme.

Para pemilih dengan berbagai latarbelakang sosialnya kiranya dapat menjadi pemilih yang selektif, menjauhi pragmatisme politik serta menghindari apatisme politik. Karena menjadi pemilih yang cerdas dan tidak sekedar ikut-ikutan akan menghasilkan pemimpin yang benar-benar cakap dan memiliki integritas tinggi, sehingga nantinya mampu menyelasaikan berbagai persoalan yang pelik sekalipun. Dan semua itu diabdikan semata-mata untuk masyarakat dan kemajuan kota bekas Batavia itu.

|
0

Pak Jokowi, Ini Jakarta Bukan Solo!

Posted by Fadhlan L Nasurung on 11:18 AM in
banjir jakarta (sumber : news.viva.co.id)

Popularitas Joko widodo alias Jokowi semakin hari kian meningkat, mengungguli rival-rivalnya pada  Pilkada jakarta putaran pertama, semakin menjadikan optimisme sang walikota solo itu menjulang, apalagi dengan ikon politik “kotak-kotak” menjadikan tampilannya sangat khas dan unik, hingga membuat ibu kota Jakarta demam kotak-kotak.

Memang banyak pihak yang memprediksikan Jokowi dengan pasangan duetnya Ahok akan mengulang kemenangan pada putaran kedua nanti, dari tingkat elektabilitas pada putaran pertama, masyarakat terlihat antusias menyumbangkan suaranya untuk pasangan Jokowi-Ahok, meningkatnya tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi tidak terlepas dari biografi politiknya sebagai Walikota Solo. Prestasi Jokowi dalam memimpin Solo oleh banyak kalangan menilainya sangat membanggakan, bahkan Jokowi di elu-elukan warganya di Solo karena keberpihakannya kepada masyarakat kecil, sehingga menjadi salah satu Walikota terbaik di dunia layak disematkan kepada dirinya.

Lalu bagaimana dengan Fauzi Bowo, sang Gubernur yang bercokol di urutan kedua pilkada putaran pertama, nampaknya boleh mengidap sindrom was-was melihat ketokohan seorang Jokowi, bagaimana tidak sebagai seorang tuan rumah di kota Betawi dia harus menerima keunggulan sementara sang tamu “kotak-kotak”. Foke bisa saja berlagak sangat optimis dapat memenangkan pilkada putaran kedua nanti, namun melihat track recordnya selama menjadi gubernur DKI yang biasa-biasa saja tanpa sepak-terjang yang wah, membuat dirinya harus bekerja ekstra meyakinkan masyarakat untuk memilihnya kembali.

Jakarta denagan tingkat kesemrawutan yang kompleks, memang akan menjadi tantangan bagi siapa saja yang diamanahkan untuk memimpinnya, berbagai problematika sosial, sarana dan infrastruktur kota jakarta yang pelik membuat tingkat pengelolaanya harus extra full. Saat-saat kampanye sekarang ini memang menjadi ladang subur untuk melahirkan sejuta konsep untuk Jakarta kedepannya, namun kembali lagi bahwa sebuah konsep sebagus apapun terkadang akan bisu menghadapi realitas sosial yang akut, karena sebuah konsep tidaklah selalu dapat berjibaku dengan kenyataan yang selalu berdinamika. Jadi siapapun yang terpilih nantinya maka harus siap secara nalar dan mental untuk memberikan segala daya untuk mengelolah Jakarta.

Jokowi boleh saja dikatakan sukses memimpin Solo, namun untuk konteks Jakarta hal itu sama sekali tidak memberikan garansi, karena Solo dan Jakarta memiliki tingkat perbedaan aspek dan sektorial yang sangat jauh, maka kalau memang Jokowi benar terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta nantinya, maka selamat mengabdikan dirimu dan masyarakat akan selalu sigap menanti karya-karya mu...  

|
4

SABDA CINTA

Posted by Fadhlan L Nasurung on 6:33 PM in
Sebenarnya aku tak ingin ada air mata duka-luka
Aku hanya ingin semua bersuka-cita
Karena aku diciptakan sebagai anugerah terindah
Bagi semesta, sebagai sebuah manifestasi Empunya

Aku teringat kisah tentang adam-hawa
Sebuah epos tentang kontestasi Cinta di tanah surga
Berakhir dengan linangan air mata dosa
Bukan karena aku ternoda
Tetapi karena kebutaan melihat realitas Cinta
Menjelma derita atas penghianatan perintah Illahiah
Hingga jatuh dalam kumbangan sesal seribu tahun lamanya
Kemudian memeristiwai kodrat pertaubatan dirinya

Reka cerita Adam dan Hawa
Adalah diorema cinta paling menggetarkan dada
Ketika harus terpisah di dua kutub berbeda
Allah memenuhi janji pertemuan mereka
Dalam sebuah erotisme Cinta dua insan jelata
Ditengah eksotika Jabal rahmah
Mereka melepas beban kerinduan tiada tara
Berhikmad dalam nuansa hasrat penuh romantika
Itulah cikal bakal Kita (Generasi Manusia)

Pernah aku terlena oleh euforia selebrasi rasa
Karena candu akan silau arogansi citra
Ketika itu aku mengidap amnesia
Akan ajaran paripurna agama (Islam)
Akan existnya partikel Kebenaran logika
Akan Keluhuran norma-etika
Hingga harmoni estetika
Dalam totalitas nilai menghamba hanya kepada Zat dengan Universalitas_Nya yang tak terhingga
Maka sebuah ritus Cinta anak manusia
Harus tunduk tak berdaya
Di atas nikmat ibadah Cinta antara Hamba dengan Sang Maharaja
Allah Azza wa Jallah . . .


|

Copyright © 2009 Manusia Cipta All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.